Sabtu, 15 Agustus 2009

Saringan "kebenaran"


Suatu ketika seorang sahabat Nabi Muhammad saw ditugaskan untuk menjaga perbendaharaan baitul mal, dan ketika dalam penjagaan tersebut datanglah seorang pencuri yang berusaha untuk mengambil bahan pokok baitul mal, alhamdulillah sang pencuri dapat ditangkap sebelum sempat menjalankan niatnya tersebut. Si pencuri akhirnya dilepaskan karena berjanji untuk tidak mencuri lagi, namun sampai 2 malam berturut-turut sang pencuri pun masih melakukan hal yang sama. Di malam yang ke tiga, si pencuri mengaku bahwa dia adalah syetan dan dia akan mengajarkan sesuatu bila tidak diserahkan kepada Nabi saw. Lantas apa yang diajarkan oleh syetan?!. Pengajaran dari syetan ini di benarkan oleh nabi jika apa yang diajarkan oleh syetan itu di baca maka rumah atau tempat penyimpanan akan aman dari pencuri. 
Ilmu apapun, dari mana didapatkan, dan dari siapa, merupakan sesuatu yang wajib diketahui sejauh mana kita mampu, namun untuk menjalankan dan menyebarkan ilmu itu perlu disaring dengan saringan perinsip kebenaran. Jadi seyogyanya lah seorang yang menuntut ilmu harus dibekali prinsip kebenaran untuk dapat memilih dan memilah mana ilmu yang patut di amalkan dan yang patut ditinggalkan.
Perinsip kebenaran di dalam Islam termaktub di dalam Alqur’an, akan tetapi saat ini atau sebelumnya (mungkin) sudah banyak yang mulai menggugat kebenaran Alqur’an, padahal ketika kita menggugat Alqur’an maka tidak ada lagi patokan kebenaran yang bisa dijadikan rujukan. Dengan standar apa seorang bisa mengklaim bahwa sesuatu itu adalah sesuatu yang benar akan menjadi tidak jelas. Mungkin sebagian lain menyatakan dengan standard universal, sementara setandard universal adalah sesuatu yang masih sering bertentangan karena untuk menetapkan standard universal haruslah dikaji dari setiap tempat yang ada, dan akan berakhir pada hanya beberapa yang menjadi kesepakatan. Karena manusia ini terbina dengan kondisi, ruang dan keadaan yang berbeda.
Prinsip kebenaran adalah sesuatu yang mutlaq, dan mempertanyakan standar kebenaran akan menyebabkan kita hidup dalam keadaan ambivalence. Terombang-ambing tak jelas tujuan dan pegangan.

Mungkin persoalan yang sangat significant di dalam kehidupan masyarakat muslim, pengetahuan Alqur’an sebagai standard kebenaran belum memadai. Atau belum mengakar, nah tugas kitalah sebagai seorang da’I untuk mendakwahkan bagaimana pentingnya belajar Alqur’an, dan juga hadits Rasulullah saw.

1 komentar:

  1. suatu hari seorang filsuf di datangi muridnya, dan murid tersebut ingin terlihat olehnya pingin sekali mengatakan sesuatu. lantas filsuf itu mengatakan, "sepertinya anda ingin mengatakan sesuatu, namun sebelum anda ingin mengatakan sesuatu perlu disaring dulu dengan 3 saringan kebenaran." sang muridpun bertanya, "apa itu 3 saringan kebenaran?" socrates menjawab, "pertama, apakah yang anda sampaikan itu adalah benar adanya, bila benar, disaring lagi dengan saringan ke dua, apakah yang anda sampaikan itu baik untuk saya dan baik pula untuk kamu, dan saringan yang ketiga, apakah yang anda akan sampaikan itu bermanfaat bagi saya, dan bermanfaat bagi anda. bila yang kamu sampaikan itu benar, baik dan bermanfaat silahkan sampaikanlah dengan senang hati. sang murid pun akhirnya terdiam, karena yang ingin disampaikan adalah cerita gibah yang juga baru didengar orang lain. katanya sih si filsuf itu adalah socrates. wallahu a'lam

    BalasHapus

Ingat Waktu ..... Dalam Setiap Aktivitas