Minggu, 02 Agustus 2009

Afdholiyat


Dalam amaliyah Islam, orang beriman meyakini akan adanya barokah, hikmah dan kebaikan-kebaikan yang terkandung dalam suatu amalan yang diperintahkan atau perbuatan yang harus dijauhi, semakin kita melakukan amalan yang diperintahkan atau kita menghindari suatu amalan yang harus kita jauhi dengan amalan yang didalamnya ada cara yang lebih utama maka didalamnya akan semakin terkandung hikmah, barokah atau kebaikan-kebaikan, baik itu yang segera kita akan rasakan secara cash, ataupun bisa jadi kita akan dapatkan di akhirat kelak.

Pernah diceritakan ada seorang anak yang – alhamdulillah – Allah mengantarkan dia untuk mendalami ilmu hingga ke luar negeri. Sang Ibu pun berpesan kepada anak ini untuk jangan lupa berdo’a, maka sang anak dengan sombongnya menjawab bahwa dia bisa saja lulus tanpa berdo’a sekalipun, karena yang membuat dia lulus atau berhasil di tempat kuliahnya bukanlah do’a namun usaha dia.

Alhamdulillah sang anak pun lulus, dan diapun menyampaikan berita kelulusannya kepada sang ibu, dia menegaskan bahwa kelulusannya bukan karena do’a, baik itu do’a ibunya maupun dia, namun kelulusannya adalah karena usaha dia. Ibunya pun menjawab, iya kamu memang lulus nak dari ujian kuliah mu tapi kamu tidak mendapatkan Tuhan nak, Allah tidak ada di dalam hati mu nak. Anak itupun dengan lantang menjawab sang ibu “untuk apa Allah harus berada di hatiku sementara saya bisa saja melakukan sesuatu tanpa bantuannya”. Ibunyapun menjawab, “untuk kamu terbebas nak, sehingga dengan kebebasan itu kamu menemukan kebahagiaan haqiqi.”

Sebenarnya jawaban ibu di atas adalah jawaban imaginer dari saya, dan untuk menjawab ini saya memerlukan satu malam untuk menjawabnya. Namun bukan permasalahan yang ‘haqiqi’ yang saya ingin bahas pada tulisan ini (pengertian ‘kebebasan’ bisa ditemukan di blog ini), namun yang terpenting sikap kita dalam ber’pastabiqulkhoirot’. 
Orang yang tidur terlentang tanpa mengikuti sunnah boleh jadi mendapatkan kenikmatan yang sama dengan orang yang tidur mengikuti sunnah Nabi, tapi ingat bobot nilai di antara orang itu berbeda. Dan bobot nilai yang ia dapatkan boleh jadi terdapat berkah yang menyembuhkan, atau mencegah penyakit, atau yang paling penting adalah satu di antaranya selalu ingat, waspada, dan hati-hati dalam menapaki kehidupan ini.

Orang yang makan dengan lahapnya tanpa mempedulikan sunnah dengan orang yang makan secara sunnah boleh jadi sama-sama merasakan kepuasan yang sama, namun orang yang melakukannya dengan sunnah akan lebih bernilai di sisi Allah. 

Dari cerita di atas, terdapat ibroh dimana seorang yang sama-sama pergi ke suatu tempat baik itu di Negara kafir maupun di Negara yang mengadopsi Islam sebagian saja, sama dalam mendapatkan kualitas keilmuan. Tapi yakinlah dampak dari ilmu tersebut, jika dia selalu merasa bahwa dia adalah hamba Allah, maka dia akan berusaha selalu usaha untuk berbuat kebajikan dan mendapatkan manfaat, - minimal – jika dia salah akan lebih mudah diluruskan, ketimbang orang yang tidak dimotivasi karena dorongan iman. 

Yang jelas dalam hidup ini selalu saja ada pilihan-pilihan, maka pilihlah pilihan yang terbaik, karena dibalik yang terbaik, dibalik yang utama ada keutamaan, ada manfaat, ada hikmah, dan ada nilai yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memiliki iman dan yakin. Wallahu a’lam


1 komentar:

  1. bila berhadapan dengan makanan, kita akan mencari makanan yang paling enak. bila boleh memilih istri maka kita akan mencari calon istri yang palih solihah, paling cantik, kaya lagi. maunya begitu juga kalau amalan, carilah yang lebih afdhol kang

    BalasHapus

Ingat Waktu ..... Dalam Setiap Aktivitas