Minggu, 26 Oktober 2008

MLM VS Abdurrahman bin Auf

Alhamdulillah, Saya yakin ini merupakan godaan
Ketika saya mengikuti acara salah satu dari mlm (multi level marketing)
Di mana dalam acara tersebut banyak sekali motivasi-motivasi
Baik motivasi untuk join maupun motivasi untuk maju
Mungkin inilah zamannya, dimana banyak orang yang sebenarnya menipu
Dengan menggunakan topeng-topeng kebaikan.
Segala kebaikan dilontarkan
Untuk menutupi suatu keburkan terbesar
Mengeruk sebanyak-banyaknya MONEY dari orang-orang rendahan
Dari orang-orang malas yang pemimpi
Mereka mengatakan:
Bisnis ini akan selalu menguntungkan tidak akan merugikan
Namun ingat apa yang mereka selalu katakana diujungnya
TAPI PERLU KERJA KERAS MENCARI DOWN LINE
Memang yang dibutuhkan empat, namun empat yang produktif
Dan untuk mencari empat yang produktif dibutuhkan energi yang tidak sedikit.
Mereka berkilah
Itulah kerja kerasnya
Ya bagus memang
Saya memang tertarik
Dan terus terang ada sedikit sentiment ras yang membuat saya tertarik dan sekaligus berusaha menolak untuk tidak ikut.
Bukankan selama ini yang menjajah ekonomi Indonesia adalah mereka.
Walau di tengah-tengah mereka muncul manusia-manusia berkerudung
Tapi mereka telah kehilangan spirit. Hanya segelintir dari mereka yang mendatangi sholat ashar ketika acara berlangsung.
Atau mungkin di antara mereka banyak musafir.


Alhamdulillah, saya yakin ini merupakan godaan
Godaan untuk menjauhkan saya dari keinginan saya semula
Menjadikan pasar sebagai tujuanku dalam mencari ma’isyah
Padahal selama ini saya selalu terbayang
Bagaimana seorang pembisnis besar nan jujur
Pembisnis hebat yang memiliki hati nurani
Bersih sebersih cerahnya mentari pagi
Menghangatkan bercampur dalam kesejukkan yang membahagiakan
Dialah sahabat setia
Dari seorang Nabi Agung yang sangat hebat
Sahabat yang akan memasuki sorga dengan merangkak
Karena begitu dekatnya sorga
Sebagai balasan kebaikannya di dunia
Yang tak pernah ia pamerkan untuk menarik pelanggan
Sebagaiman para MLM-er.


Oh Tuhan ajarin aku
OH Tuhan Tunjukin aku.
Please
Langkah-langkah Abdurrahman bin Auf ra

Sabtu, 25 Oktober 2008

WAR

Mungkin satu kata yang dapat mewakili diriku sekarang adalah war
War terhadap keinginanku yang selalu menjadi mangsa kebodohon.


Kebodohan, ya kebodohan. Jelas merupakan kebodohan bila seseorang dengannya dapat merusak dirinya namun dia tetap melakukannya bukan?!. Orang bodoh adalah orang yang tidak mengerti untuk apa dia melakukan sesuatu tersebut. Atau dia hanya ingin menggapai satu kepuasan hidup tapi melupakan instrument lainnya yang mendukung kepuasan hidup yang sempurna.


War adalah kata yang pantas untuk mewakili dalam berproses untuk menjadi orang yang kuat saat ini. Dan salah satu taktik untuk dapat memenangkan war tersebut adalah mengetik seperti saat ini.


Semua benda di dunia ini memiliki 2 mata pedang. Bahkan Tuhan sendiripun demikian. Tergantung bagaimana mesikapinya. Internet di satu sisinya dapat memberikan keuntungan positif yang sangat, namun di sisi lainnya sangat berbahaya dapat menghancurkan siapa saja, bahkan tempat bersemayam nama Tuhan yang ada di hati.


War ini bukan bukan war biasa, yang bukan sekedar menentukan hidup dan matinya saya. Tapi lebih dari itu, prestige, baik dalam pandangan keluarga, orang terdekat hingga pada pandangan Tuhan.


Aku ingin memenangkannya dengan bukti nyata yang kongkrit, yaitu yang membuat Abah dan Mama saya tersenyum bangga sehingga keduanya ridho menyebutku dalam do’a-do’a mereka. Istri saya semakin cinta dengan saya sehingga andai boleh cinta berlebihan yang dapat menyaingi Tuhan dan Nabinya aku ingin sekali dicintai lebih dari itu. Anak saya merasa sangat membanggakan papahnya, dimana-dimana dengan anggun berjalan dan menepuk dadanya ini adalah aku, dan aku adalah anak papahku, dan….. aku dan papaku adalah hamba Tuhanku, pengikut setia nabiku. Nabiku Bangga dan akan memelukkan di akhirat seraya berkata ya Rabb inilo salah satu Ummatku. Allah ku Ridho dan menjawab ocehan nabiku “iya itulah hamba-KU”.


Namun saat saya mengetik saat ini, godaan syahwat terus menyerangku dari belakang. Menyusup dengan mengintai napasku. Meraba hingga mengetahui denyut jantungku, Menyelam hingga kesamudra pikiranku. Sampai akhirnya saya tidak tahu siapakah yang akan menang nantinya. Tapi yang jelas aku sudah mengetik sebagai bukti reaksiku akan perlawananku terhadap godaan itu. Dan itu adalah salah satu taktikku dalam War ini.

Ingat Waktu ..... Dalam Setiap Aktivitas