Senin, 05 Mei 2008

Sholat malam sebagai bukti keber-Iman-an

Di kala masih banyak orang bergumul dengan sarung dan selimutnya, di kala orang asyik mengurus barang dagangannya, di kala beberapa murid SD, SMP dan SMA dibangun dengan paksa untuk mempersiapkan dirinya berangkat ke sekolah, karena orang tua memaksakan sang anak untuk masuk ke sekolah yang dimulai dari jam 06.30 pagi. Di waktu yang bersamaan, di sebuah masjid yang agung, sedang berapi-api sang pemimpin menyampaikan motivasinya. Ya…. Motivasi akan pentingnya sholat Tahajud. Motivasi akan pentingnya kita dapat berdua-dua an dengan Allah di sepertiga malam. Motivasi untuk menjadikan bangun malam sarana pencarian power, sarana untuk pencarian kekuatan, sarana untuk pencarian solusi dan lainnya.

Motivasi itu mengalir dengan luar biasa menggugahnya. Andai pada saat itu adalah malam hari, semua orang yang mendengarnya akan segera mengambil air wudhu kembali untuk mempersiapkan dirinya bisa mengikuti sholat malam di belakang sang pemimpin, yang konon katanya, mampu sholat malam dari jam 00.00 hingga jam 04.00.

Sibgah Allah (‘celupan Allah’), adakah yang lebih baik dari sibgahnya Allah. Ya….. sang pemimpin meyakini bahwa, sholat malam merupakan salah satu sibgah Allah yang Allah persiapkan sebagai sarana pengkaderan hamba-Nya.

Sholat malam adalah ladang spiritual, hamparan kekuatan, taman relaksasi, dan sumber intuisi. Janji Allah bagi orang yang bangun di malam hari [untuk bermunajat kepada-Nya] bukanlah ilusi, bukanlah fatamorgana, setidaknya itulah yang dirasakan oleh sang pemimpin. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh ulama-ulama shalafussholeh. Mengapa setidaknya ….?, karena banyak orang yang telah melakukannya, namun yang ia dapatkan hanyalah rasa kantuk yang mengganggunya di saat ia bekerja pagi.

Sholat malam, memang adalah keniscayaan bagi orang yang beriman yang…. Ingin berusaha memajukan agama Allah. Mengapa harus?! Karena sholat malam adalah bagian dari perjuangan itu sendiri. Perjuangan untuk membuktikan bahwa kita adalah layak untuk dibantu oleh-Nya, perjuangan untuk membuktikan bahwa kita tidak memiliki apa-apa kecuali apa yang telah diberikan oleh-Nya. Ya… minimal perjuangan untuk menghilangkan kemunafikan dalam diri. Karena, bagaimana dapat menyampaikan tentang kemurnian aqidah dan tauhid, sementara dalam diri kita masih bercokol kemunafikan dan kemalasan untuk meraih janji-janji Allah. Mungkin atas nama perjuangan (atau niat) dan cara dalam melaksankannya inilah yang menjadikan hasil yang didapatkan dari sholat malam berbeda.

Sang pemimpin akhirnya telah wafat, dia meninggalkan warisan budaya perjuangan yang akan menjadi senjata dalam bertahan pada peradaban yang hedonis ini, dan – sang pemimpin selanjutnya menekankan – dengan senjata itu pula dapat bisa merubah atau mengarahkan peradaban yang hedonis ini menjadi peradaban yang dijanjikan Allah untuk generasinya

“Sungguh, Dia (ALLAH) akan menjadikan mereka dimuka bumi berkuasa”

Maha benar Allah dengan Janji-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingat Waktu ..... Dalam Setiap Aktivitas