Senin, 05 Mei 2008

The Choice

Saya kaget ketika menonton film tentang sang legendari, Arthur. Di meja bundarnya, tempat bertemu para pemimpin negara, tertulis ‘dengan mengabdi maka kami akan bebas.’ Begitu pula tatkala saya menyaksikan dari chanel javatv, yang menampilkan acara seorang pendeta yang berpidato di depan jama’ahnya. Dia mengatakan bahwa seseorang akan merasa bahagia, ketika dia mampu memilih dan berusaha menyukai sepenuhnya pilihan itu, tanpa berusaha untuk meragukan apa yang diyakininya itu.

Dalam beragama, saya sering mempertanyakan beberapa hal, terutama dalam percakapan ilusi dengan diri saya sendiri, yang dimana saya berusaha menjawab dengan keterbatasan ilmu, pengalaman dan kerangka berpikir logis yang belum sempurna. Banyak hal yang saya telah jawab. Tetapi jawaban-jawaban itu kembali saya ragukan dengan pertanyaan pertanyaan yang datang setelah jawaban itu muncul. Sehingga, terkadang pertanyaan-pertanya itu sering menunggu perputaran waktu untuk kembali mencuat dan menguat, membuat saya ragu kembali, membuat saya tidak enak badan, menggigil. Dan akhirnya kebingungan dan frustasi.

Setelah saya memikirkan, kenapa hal itu bisa terjadi?. Jawabannya adalah karena harapan-harapan yang manusia miliki tidak sejalan dengan apa yang telah ditetapkan oleh agama yang mereka yakini, sehingga ada protes terhadap hal itu, dan protes itu berkembang untuk menyalahkan para ‘orang pintar’ (ulama) yang telah banyak menafsirkan undang-undang (syari’at) agama. Terjadilah eksplorasi tanpa ilmu dan eksplorasi itu dilatarai oleh kehendak diri (syahwat). Hasilnya ……. Saya yakin pembaca mengerti jawabannya. Untung kalau sekedar ulama yang digugat, namun belakangan yang terjadi, nabi pun digugat, bahkan Tuhan pun akan jadi terdakwa.

Akhirnya, saya mengambil kesimpulan bahwa saya (manusia) harus memilih; harapan yang tidak sesuai dengan keyakinan saya atau keyakinan saya yang memberi harapan masa depan dunia dan akhirat.

Ketika saya (manusia) memilih pasti ada pengabdian untuk menjalankan pilihan itu, ketika ada pengabdian, dan saya betul-betul menjalankannya bahkan memperjuangkannya maka akan lahir kebebasan. Kebebasan dari gangguan pikiran-pikiran lain, kebebasan dari keinginan-keinginan yang memperbudak, kebebasan dari penindasan hawa nafsu baik dari diri sendiri maupun orang lain.

Tapi ……. Sebelum saya akhiri, ada pesan untuk diri saya maupun pembaca. Boleh mempertanyakan setelah kita berbenturan dengan ilmu yang kita yakini bahwa itu adalah benar, setelah berbenturan dengan logika namun setelah itu cobalah untuk memilih dengan berdasarkan ilmu dan keyakinan yang kita miliki. Maka syarat dalam hidup ini adalah pencarian ilmu yang terus menerus, sehingga kita terbebas dari taklid atau ketaat yang membabi buta.

Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingat Waktu ..... Dalam Setiap Aktivitas