Selasa, 28 Juli 2009

Sudahkan kita beriman????


Sebenarnya banyak orang yang mengaku beriman, tetapi perasaan dalam menjaga imannya untuk tidak berkurang tidak lebih besar ketakutannya dibandingkan ketika menjaga barang-barang wasilahnya di dunia ini untuk tidak hilang. Iman adalah hak Allah untuk diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya, wasilah-wasilah atau materi atau rezeki yang ada di dunia ini juga hak Allah untuk membaginya kepada siapa saja yang dikehendakinya. Tapi kenapa kita masih lebih yakin akan hilangnya wasilah-wasilah yang ada dengan susahnya kita menemukan kembali, ketimbang iman yang berkurang dan sangat berat untuk menjadikan iman itu bertambah. Kenapa kita merasa lebih sedih, lebih takut ketika barang kita hilang setelah kita menikmatinya sekian lama dari pada iman yang berkurang dan membuat kita mulai melepaskan sedikit-sedikit ke-Islaman kita setelah kita pernah ‘jos’ dalam menggunakannya. Mungkinkah kita selama ini lebih yakin terhadap diri kita daripada Allah, mungkinkah selama ini kita lah yang telah mendatangkan atau memudahkan rezeki yang ada atau wasilah-wasilah yang ada sehingga sampai ke tangan kita akibat usaha kita. Padahal kemampuan usaha kita juga merupakan anugrah, kecerdasan kita juga anugrah, kesehatan kita juga anugrah, dan kemampuan merasakan nikmat yang ada, kemampuan menggunakan wasilah-wasilah yang ada juga anugrah, lantas mengapa kita lebih mementingkan hal yang besifat wasilah saja ketimbang hal yang mutlaq kita harus miliki, karena iman adalah kunci dari keridhoan Allah. Orang yang mati tidak memiliki wasilah, baik banyak maupun sedikit, tidak menjadi masalah, namun orang yang mati tidak memiliki iman adalah suatu yang menakutkan, mengerikan dan akan menyakitkan.
Atau mungkin orang atau manusia selama ini, selalu menghubungkan iman dengan rezeki, sehingga kalau rezekinya berkurang ini disebabkan iman mereka, beda halnya dengan orang kafir, orang-orang barat yang bermaksiat terus setiap hari eh rezekinya lebih enak, bisa terbang kemana-mana, bisa gonta-ganti bidadari dunia, sementara kita yang beriman makanpun susah. Eit nanti dulu, jangan-jangan kita Cuma menyaksikan film yang direkayasa sebegituuu mungkin, padahal hidup ini kan bukan Cuma jasad yang terlihat, namun di sana ada gejolak perasaan, buktinya Onasis orang yang pernah di hebohkan dengan kekayaannya yang luarrrr biasa buanyaknya, akhirnya kita dihebohkan kembali dengan kematiannya yang teragis, mati bunuh diri dalam keadaan telanjang di sebuah pulaunya.
Iman dan rezeki memang ada hubungannya. Namun terkadang gaya kita mensikapi iman dan rezeki itu yang belum nyambung. Orang Jepang tidak peduli dengan rezeki seberapa yang dia dapat ketika dia melakukan sesuatu, yang penting kerja, itu perinsip mereka, akhirnya ya mereka banyak dapat. Kita ini orang Indonesia hitung hasilnya dulu, baru nyambungkan dengan do’a lalu bekerja. Jika tidak dapat, do’anya yang disalahkan, Tuhannya tidak mau mendengar, bukan kerjanya dan perinsip kerjanya yang salah. Masalahnya boleh jadi disitu, mau menyamakan orang yang sudah bekerja bertahun-tahun, sudah propesional, lalu kita baru satu dua hari mau mendapat yang sama. Om-om. Atau mungkin cara kita yang bekerja salah, orang bekerja suatu hal mungkin menggunakan waktu 24 jamnya saja kurang untuk mendapatkan hasil yang maksimal menurut dia, eh tau-taunya datang kita dengan berbaik sangkaan kita kepada Allah setelah kita mendapat training dari instruktur MLM misalnya hanya sekedar ngomong dan Cuma beberapa jam waktu sisa kita gunakan bisa mendapat mer-C, om-om
Pecaya tidak, iman dan rezeki itu berhubungan, kalau enggak percaya perdalam lagi pemahaman bagaimana perjuangan nabi kita Muhammad saw. Butuh waktu 4 tahun pulang balik dari rumahnya ke pendakian gua Hiro untuk bisa mendapatkan Alqur-an, butuh waktu 2 tahun menengadahkan wajahnya ke-langit untuk dapat rezeki berupa perintah untuk berkiblat ke baitul haram, butuh 24 tahun untuk menyulap Mekkah kampungnya untuk menjadi kampung beriman. Ada luka sehingga giginya ada yang tanggal, ada duka sehingga anaknya dan istrinya meninggal karena perjuangan. Dan itu semua dia lakukan setelah Beliau saw mengimani bantuan Tuhan. Kita kok malah pengennya lebih hebat dari beliau, baru saja sholat dengan husyu –menurut kita, kok sudah pingin diberi karomah, jika mau jalan pas hujan dengan do’a kita bisa berhenti hujan, kalau ada yang sakit datang kepada kita Cuma diusap-usap saja tempat yang sakit langsung sembuh, kalau ada keinginan pergi ke Amerika jalan-jalan (sambil berdakwah katanya) langsung ada uang, rasanya pingin hidup yang serba pas-pasan, kalau mau makan pas ada makananan, kalau mau istri pas ada yang melamar, cantik lagi, kalau mau jengkol pas ada yang manjat. Ah pokoknya serba surga dech, kan itu janji gurutta setelah kamu bisa mengamalkan dzikir 5000 kali Tahlil, 5000 kali Sholawat dalam waktu 40 hari tak boleh putus. Eit setelah itu boleh putus kah tuan guru.
Iman dan rezeki, kok jadi pokok ya padahal kita tadi membahas iman dan wasilah kok bisa-bisanya kita bedakan penjagaannya. Yah kita menghibur diri lagi, semoga Allah menilai kita adalah hamba-Nya yang lagi sedang berproses, semoga beberapa hari kemudian, atau beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun kemudian, yang penting sebelum matilah mudahan, kita bisa menikmati hidup ini dengan penjagaan iman yang lebih dari pada yang lain. Amin.


1 komentar:

Ingat Waktu ..... Dalam Setiap Aktivitas