“Saya ini hancur, ya gara-gara guru saya waktu SD”
“Ah semua penyebab ini bermula ketika saya TK dulu.”
“Ustadz. Kalau bukan karena pukulan-pukuluan ustadz dulu,
mungkin saya sekarang tidak seperti ini”
“Bapak dulu memang kejam kepada saya. Tapi kalau bukan
karena bapak saya mungkin tidak seperti ini”
“Saya kasihan betul menyaksikan anak-anak di sekolah itu,
masih kecil kok sudah disuruh mengerjakan tugas-tugas seperti ini”.
Kita sering mendengar ungkapan-ungkapan seperti itu dalam
kehidupan kita. Bahkan seringkali keluhan dan pujian tersebut juga terungkap
dari mulut-mulut kita. Ya….. rasanya beban yang kita pikul dalam menyesali masa
lalu berkurang setelah kita berupaya merasakan bahwa bukan diri kita saja kok
yang membuat kita akhirnya seperti ini. – Walaupun setelah demikian masalahpun
tak kunjung usai (hahahaha). Ah terkadang semua penilaian dapat berubah,
setelah kita menemukan nasib yang terkadang diluar dari keinginan kita. –
untung kalau nasibnya baik dan menguntungkan kita. Contohnya ada dua orang
murid yang telah belajar dari 1 orang guru. Dan guru tersebut telah memperlakukan
2 muridnya tersebut dengan perlakuan yang sama kerasnya. Ternyata salah satu di
antara mereka setelah dewasa menjadi seorang yang narapidana dan yang lainnya
menjadi pengusaha. Coba tebak apa kata mereka tentang guru mereka tersebut?.
Saya pernah menegur seorang pendiri PAUD di Tolitoli (ah
saya lupa masalahnya waktu itu seperti apa).
“Pak. Mungkin niat bapak baik. Tapi pengetahuan yang
kurang dalam mendidik anak di usia seperti itu bisa jadi bukan kebaikan yang
bapak buat, karena salah dalam mendidik anak seperti itu sama saja menanamkan
bow waktu kehancuran bagi anak-anak itu”. Bapak itu hanya tersenyum kecil
mendengar teguran saya tersebut. – Entah apa yang dalam pikirannya? (hahahaha)
Mungkin kita pernah menemukan kasus seperti ini, seorang
ibu membunuh anaknya karena khawatir masa depan anaknya akan seperti dirinya. Mungkin
ada yang berpendapat betapa kejamnya ibu tersebut, harimau saja tak kan pernah
berpikir membunuh anaknya. Tapi setelah membaca bagaimana perjuangan hidup si
ibu tersebut hingga dia berani memutuskan untuk membunuh anaknya, tiba-tiba
pikiran kita berubah. – mungkin. (hahahaha).
Ah saya yakin sekali, kebaikan akan disebut
kebaikan, manakala ada ketulusan hati didalamnya untuk berbuat baik. Dan keburukan
bagaimanapun hasilnya dan prosesnya walau kelihatan baik, tetap saja disebut
keburukan. Ya… setiap perbuatan pasti memiliki 2 sisi mata pedang. – bisa digunakan
sesuai keinginan, namun bisa juga melukai sesuatu yang tidak kita inginkan.
(hahahahaha)