Jumat, 31 Mei 2013

MENANAM KEBAIKAN vs MENANAM KEBURUKAN

“Saya ini hancur, ya gara-gara guru saya waktu SD”
“Ah semua penyebab ini bermula ketika saya TK dulu.”
“Ustadz. Kalau bukan karena pukulan-pukuluan ustadz dulu, mungkin saya sekarang tidak seperti ini”
“Bapak dulu memang kejam kepada saya. Tapi kalau bukan karena bapak saya mungkin tidak seperti ini”
“Saya kasihan betul menyaksikan anak-anak di sekolah itu, masih kecil kok sudah disuruh mengerjakan tugas-tugas seperti ini”.
Kita sering mendengar ungkapan-ungkapan seperti itu dalam kehidupan kita. Bahkan seringkali keluhan dan pujian tersebut juga terungkap dari mulut-mulut kita. Ya….. rasanya beban yang kita pikul dalam menyesali masa lalu berkurang setelah kita berupaya merasakan bahwa bukan diri kita saja kok yang membuat kita akhirnya seperti ini. – Walaupun setelah demikian masalahpun tak kunjung usai (hahahaha). Ah terkadang semua penilaian dapat berubah, setelah kita menemukan nasib yang terkadang diluar dari keinginan kita. – untung kalau nasibnya baik dan menguntungkan kita. Contohnya ada dua orang murid yang telah belajar dari 1 orang guru. Dan guru tersebut telah memperlakukan 2 muridnya tersebut dengan perlakuan yang sama kerasnya. Ternyata salah satu di antara mereka setelah dewasa menjadi seorang yang narapidana dan yang lainnya menjadi pengusaha. Coba tebak apa kata mereka tentang guru mereka tersebut?.
Saya pernah menegur seorang pendiri PAUD di Tolitoli (ah saya lupa masalahnya waktu itu seperti apa).
“Pak. Mungkin niat bapak baik. Tapi pengetahuan yang kurang dalam mendidik anak di usia seperti itu bisa jadi bukan kebaikan yang bapak buat, karena salah dalam mendidik anak seperti itu sama saja menanamkan bow waktu kehancuran bagi anak-anak itu”. Bapak itu hanya tersenyum kecil mendengar teguran saya tersebut. – Entah apa yang dalam pikirannya? (hahahaha)
Mungkin kita pernah menemukan kasus seperti ini, seorang ibu membunuh anaknya karena khawatir masa depan anaknya akan seperti dirinya. Mungkin ada yang berpendapat betapa kejamnya ibu tersebut, harimau saja tak kan pernah berpikir membunuh anaknya. Tapi setelah membaca bagaimana perjuangan hidup si ibu tersebut hingga dia berani memutuskan untuk membunuh anaknya, tiba-tiba pikiran kita berubah. – mungkin. (hahahaha).
Ah saya yakin sekali, kebaikan akan disebut kebaikan, manakala ada ketulusan hati didalamnya untuk berbuat baik. Dan keburukan bagaimanapun hasilnya dan prosesnya walau kelihatan baik, tetap saja disebut keburukan. Ya… setiap perbuatan pasti memiliki 2 sisi mata pedang. – bisa digunakan sesuai keinginan, namun bisa juga melukai sesuatu yang tidak kita inginkan. (hahahahaha)

Jumat, 24 Mei 2013

LAKUKANLAH!



“Wallahu ya’lamu maa tashna’uun”

“Dan Allah mengetahui apa-apa saja yang kamu perbuat”


“Maka Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat atompun kelak dia akan melihatnya”. Begitu sebaliknya.


“Tidaklah suatu kata terlafazkan kecuali disisinya adalah yang maha dekat, dekat sekali”


“Sesungguhnya Dia (Allah) lebih sangat dekat dari urat leher”


Berbuatlah teruslah berbuat. Dengan berbuat pasti banyak memberi manfaat.

Belajarlah teruslah belajar. Karena dengan belajar perbuatan kita akan semakin baik.

Berpikirlah teruslah berpikir. Dengan berpikir kita akan tahu harus mempelajari apa dan bagaimana?

Beribadah teruslah beribadah. Dengan beribadah pikiran kita bisa jernih dan ter-hidayah-i

Berinfaqlah teruslah berinfaq. Dengan berinfaq kemurnian dan kebersihan hati semoga terjaga.

Ingat Waktu ..... Dalam Setiap Aktivitas